Ritual Ma'Nene di Tana Toraja
Ritual Ma'Nene' di Tana Toraja

N RITUAL adat
khas Toraja yang paling terkenal adalah Rambu Solo. Rambu Solo’ menjadi salah
satu daya tarik wisatawan ke daerah itu. Selain Rambu Solo’ ini, sebenarnya ada
satu ritual adat yang langka di Toraja, yakni Ma’ Nene’. Upacara Ma’ Nene’
adalah salah satu kegiatan ritual adat di Toraja, khususnya di Baruppu, Rinding
Allo Toraja Utara. Upacara Ma'Nene dimaksudkan
untuk mengganti pakaian Almarhum, sebagai perwujudan dari rasa cinta keluarga
yang masih hidup.
N Biasanya,
Ma’ Nene’ digelar tiap bulan Agustus. Saat Ma’ Nene’ berlangsung, peti-peti
mati para leluhur, tokoh dan orang tua, dikeluarkan dari makam-makam dan liang batu
dan diletakkan di arena upacara. Di sana, sanak keluarga dan para kerabat sudah
berkumpul. Secara perlahan, mereka mengeluarkan jenazah (baik yang masih utuh
maupun yang tinggal tulang-belulang) dan mengganti busana yang melekat di tubuh
jenazah dengan yang baru.Mereka memperlakukan sang mayat seolah-olah masih
hidup dan tetap menjadi bagian keluarga besar.
Ritual Ma’ Nene’ oleh masyarakat Baruppu dianggap sebagai wujud kecintaan
mereka pada para leluhur, tokoh dan kerabat yang sudah meninggal dunia. Mereka
tetap berharap, arwah leluhur menjaga mereka dari gangguan jahat, hama tanaman,
juga kesialan hidup.
N Dari mana
asal muasal ritual Ma’ Nene’ di Baruppu? Kisah turun-temurun menyebutkan, pada
zaman dahulu terdapatlah seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek. Saat
sedang berburu di kawasan hutan pegunungan Balla, bukannya menemukan binatang
hutan, ia malah menemukan jasad seseorang yang telah lama meninggal dunia.
Mayat itu tergeletak di bawah pepohonan, telantar, tinggal tulang-belulang.
Merasa kasihan, Pong Rumasek kemudian merawat mayat itu semampunya.
Dibungkusnya tulang-belulang itu dengan baju yang dipakainya, lalu diletakkan
di areal yang lapang dan layak. Setelah itu, Pong Rumasek melanjutkan
perburuannya. Tak dinyana, semenjak kejadian itu, setiap kali Pong Rumasek
berburu, ia selalu beroleh hasil yang besar. Binatang hutan seakan digiring ke
dirinya. Bukan hanya itu, sesampainya di rumah, Pong Rumasek mendapati tanaman
padi di sawahnya pun sudah menguning, bernas dan siap panen sebelum waktunya.
Pong Rumasek menganggap, segenap peruntungan itu diperolehnya berkat welas asih
yang ditunjukkannya ketika merawat mayat tak bernama yang ditemukannya saat
berburu. Sejak itulah, Pong Rumasek dan masyarakat Baruppu memuliakan mayat
para leluhur, tokoh dan kerabat dengan upacara Ma’ Nene’.
N Alam ritual
Ma’
Nene’ juga ada
aturan tak tertulis yang mengikat warga. Misalnya, jika seorang istri atau
suami meninggal dunia, maka pasangan yang ditinggal mati tak boleh kawin lagi
sebelum mengadakan Ma’ Nene’ untuknya. Ketika Ma’
Nene’ digelar,
para perantau asal Baruppu yang bertebaran ke seantero negeri akan pulang
kampung demi menghormati leluhurnya. Warga Baruppu percaya, jika Ma’ Nene’
tidak digelar maka leluhur juga akan luput menjaga mereka. Musibah akan
melanda, penyakit akan menimpa warga, sawah dan kebun tak akan menghasilkan
padi yang bernas dan tanaman yang subur.
Itulah tadi Ritual Upacara Ma'Nene' dari Tana Toraja. Sebetulnya masih banyak budaya Indonesia yang sangat unik. Semoga budaya Indonesia tidak akan punah karena ini adalah salah satu warisan dunia yang patut dijaga ketat budayanya. Sekian dari saya, kurang lebihnya tolong dimaafkan. Jangan lupa untuk Like, Comment and Share article ini. Sekian dari saya, saya ucapkan banyak terimakasih.
Comments
Post a Comment