Ringkasan Disko : Pengangguran Akibat Covid-19 di Indonesia

 Ringkasan Disko : Pengangguran Akibat Covid-19 di Indonesia

Covid-19 dengan nama ilmiah Corona Virus Disease 2019 telah merambah di Indonesia selama satu bulan, terhitung semenjak pernyataan resmi dari Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia yakni 2 Maret 2020. Semenjak adanya wabah ini banyak sektor-sektor yang mengalami impact yang begitu kuat. Sektor yang paling terkena impact-nya ialah sektor ekonomi.

Sebelum adanya Covid-19 ini, kondisi pengangguran di Indonesia terlihat kurang begitu baik. Merujuk pada data dari Badan Pusat Statistik dengan jangka waktu 10 tahun dari tahun 2009 hingga 2019, di tingkat pendidikan, angkatan bekerja paling banyak lulusan Sekolah Dasar (SD) diikuti SLTA atau SMK dan SLTP. Namun Indonesia masih lebih baik untuk tingkat pengangguran di negara ASEAN. Sebabnya angka produktivitas dan partisipasi tenaga kerja berada pada tingkat rata-rata

Semenjak wabah ini masuk ke Indonesia ada beberapa kemungkinan terjadi seperti PHK secara besar-besaran yang akan berujung pada (meningatnya) pengangguran. Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean mengatakan ”Tingkat pengangguran berpotensi naik dari kisaran 5,2 persen sampai 5,3 persen saat ini menjadi antara 7,7 persen dalam skala moderat dan 10,3 persen dalam skala berat.” Adapun menurut data Kemanker RI dan BPJamsostek sebanyak 375.165 orang ter-PHK dari pekerja formal dan sebanyak 314.833 dari pekerja informal.

Pada pembahasan Disko kemarin, terdapat siklus yang terjadi selama Covid-19. Secara sederhana siklus ini disebut sebagai siklus guncangan supply-demand. Pada siklus ini, menurut pembicara Disko, Andry Satrio. Pertama, bisa dilihat dari permintaan barang yang turun. Salah satu contohnya seperti maskapai penerbangan yang dikutip dari CNBC Indonesia, Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja dalam diskusi Industry Roundtable ”Semenjak Februari dibandingkan tahun 2018 di bulan Februari sudah (turun) revenue-nya 9%. Kemudian di bulan Maret 2018 dibandingkan Maret 2020 (turun) 18%. Kemudian di bulan April 2018 dibandingkan April 2020 menurun 30% secara revenue”. Selanjutnya ialah produksi barang turun. Akibat dari permintaan barang terun, secara langsung produksi barang yang biasanya diproduksi sangat banyak, menjadi turun. Lalu pendapatan turun. Ketika pendapatan suatu perushaan turun maka perusahaan akan mengurangi komponen total cost yaitu variable cost atau tenaga kerja dan utilitas seperti listrik. Pada tahap ini terjadi PHK dan tahap ini diberi nama gelombang PHK. Akibatnya daya beli pun tutun juga.

Point selanjutnya ialah bagaimana tindakan pemerintah mengatasi pandemi ini ? Ada beberapa kebijakan yang pemerintah lakukan; 1) Memberikan keringanan biaya listrik (sesuai aturan berlaku) 2) Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) 3) Adanya larangan mudik terutama untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4) Keringanan Kredit dan 5) Pemerintah gelontarkan anggaran hingga Rp405,1 T yang melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020.

Anggaran yang dilontarkan dibagi menjadi 4 program. Pertama ialah dengan nominal terbesar Rp150 T dialokasikan untuk program pemulihan ekonomi yang digunakan untuk restrukturisasi kredit, penjamin dan pembiayaan dunia usaha secara khusus untuk UMKM. Kedua ialah perlindungan sosial sebesar Rp110 T, yang terbagi lagi, 10 juta penerima Program Keluarga Harapan (PKH), 20 juta penerima kartu sembako, 5,6 juta penerima kartu prakerja, intensif cicilan KPR untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), serta diskon tarif listrik bersubsidi. Ketiga ada kesehatan sebesar Rp75 T, yang dialokasikan untuk pembelian alat kesehatan, perlindungan tenaga kesehatan, dan peningkatan kapasitas rumah sakit rujukan. Keempat ada intensif perpajakan dan stimulus kur dengan dana sebesar Rp70,1 T, yang dialokasikan untuk intensif PPh 21 yang dimana ada batasannya yaitu maksimal berpenghasilan Rp200 juta per tahunnya, pembebasan PPh impor, restitusi PPN dipercepat, tarif PPh Badan diturunkan hingga 22%, dan penundaan pokok dan bunga KUR selama enam bulan.

Lalu ada pendapat dari speaker disko juga, Dini Dwi yang mengatakan terdapat empat perubahan dalam pandemi ini. Pertama ialah organisasi atau industri yang tetap beroperasi. Contohnya ialah seperti industri dibidang kesehatan yang tetap memproduksi Alat Pelindung Diri (APD), masker, hand sanitizer, dan lain sebagainya. Dari sektor lain ada pada sektor transportasi seperti Go-Jek dan Grab. Untuk mendukung pemerintah dalam aturan PSBB maka kedua perusahaan ini tetap jalan untuk mempermudah semua kegiatan (dan juga menekan masyarakat untuk keluar rumah) seperti mengantarkan barang, mengantar makanan dan sebagainya. Kedua, pekerjaan yang outside. Seperti para pekerja di bidang pariwisata yang harus dirumah namun tidak digaji atau kemungkinan terburuk ialah di PHK. Ketiga ada merubah output. Pada perubahan ini bisa terjadi di dunia fashion. Pada awalnya mereka memproduksi baju atau celana, namun semenjak adanya pandemi ini maka output mereka berubah menjadi APD atau masker. Keempat ada perusahaan yang menurunkan produksinya. Contohnya seperti yang diatas Airlines dan Pariwisata.

Pada pandemi ini ada beberapa hal unik yang saya dapatkan dari pembicara Disko yakni Bapak Hotman Simbolon. Yang pertama ialah, Overtime tidak memungkinkan terjadi ditengah-tengah wabah ini. Kedua ialah adanya tatanan baru seperti kebiasaan-kebiasaan baru. Contohnya ialah ada yang mulai belajar memasak akibat adanya PSBB, lalu mencari kegiatan lain seperti bercocok tanam. Lalu yang ketiga adanya ekonomi baru. Ekonomi baru ini, bisa seperti para tetangga yang berada di dekat rumah, ada yang menjual baik itu makanan ataupun barang lainnya.

Daftar Pustaka

CNBC Indonesia. (2020, April 30). Retrieved Mei 2, 2020, from https://www.cnbcindonesia.com/market/20200429233401-17-155387/garuda-cs-merana-8-maskapai-global-ini-lebih-nahas-nasibnya/1

Ulya, F. N. (2020, April 22). Money Kompas. Retrieved Mei 2, 2020, from Kompas: https://money.kompas.com/read/2020/04/22/135501026/imbas-covid-19-jumlah-pengangguran-ri-bisa-melonjak?page=all

Comments

Popular Posts