TRAGEDI MEI 1998

   Kerusuhan Mei 1998 


     Pernahkah anda  melihat orang asing yang menjadi warga negara Indonesia? Mungkin mereka pindah ke Indonesia karena beberapa hal seperti mencari pekerjaan yang lebih baik dari negaranya atau mungkin beberapa hal lain. Namun,bagaimana jika orang asing yang mungkin saja bisa membawa bangsa Indonesia menjadi lebih maju diperlakukan tidak baik? Contohnya seperti peristiwa Mei tahun 1998 dimana para etnis Tionghoa diperlakukan tidak baik dimana para dalang dibalik itu masih ada yang bebas berkeliaran bahkan terjun ke dunia politik. Tapi tahukah anda asal-usul dari kerusuhan mei 1998 ? Berikut penjelasannya.
  1. Penembakan terhadap para aktivis mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998 yang mengakibatkan 4 mahasiswa tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat melakukan aksi demo 
  2. Krisis Moneter di Indonesia. Krisis Finansial Asia 1997 sehingga menimbulkan kritik kepada pemerintahan waktu itu (Orde Baru).
   
Kerusuhan Tragedi 1998
Para korban Tragedi 1998 yang diperkirakan
lebih dari 1.000 orang
     Namun ternyata yang paling dirugikan dari rentetan peristiwa ini sebenarnya adalah etnis Tionghoa yang sejatinya tidak tahu menahu, bahkan tidak mau ambil pusing soal aksi demo para mahasiswa ini (yang bermaksud untuk menggoyang pemerintahan pada waktu itu). Etnis Tionghoa juga sebenarnya tidak mau pusing siapa yang mengkudeta siapa, atau siapa yang mengerahkan pasukan, dsb. Yang kita tahu kita hanya ingin hidup aman dan tumbal reformasi? Ibarat pribahasa “Gajah sama gajah berjuang, pelanduk mati di tengah-tengah”. Ya, etnis Tionghoa pada waktu itu benar-benar menjadi korban kerusuhan; dimana yang seharusnya “berperang” adalah rakyat sipil (diwakili mahasiswa, juga sebagian provokator*) dan negara (diwakili aparat keamanan), tapi akhirnya menjadi bias.

tentram di Negeri ini; tetapi faktanya justru kita yang “dikorbankan” sebagai 
      Tidak banyak yang mengingat dan mau peduli terhadap peristiwa berdarah yang memicu terjadinya kerusuhan massal di sejumlah daerah di Indonesia itu. Hingga kini, kasus penembakan tersebut masih menjadi misteri, siapa otak penembakan itu?
Pertanyaan ini terus menggantung dalam benak masyarakat Indonesia, hingga timbullah nama Prabowo Subianto dan Wiranto. Nama ini sering disebut-sebut terlibat kasus penembakan itu. Benarkah demikian? Hanya sejarah yang dapat membuktikannya. 
Demo 6.000 mahasiswa Trisakti, di kawasan Grogol, Jakarta Barat, pada 12 Mei 1998, pada awalnya hanya merupakan aksi damai yang tidak hanya diikuti oleh mahasiswa. Tetapi juga oleh dosen, pegawai, serta para alumnus universitas. 
     Dalam demo itu, pada awalnya massa ingin mendengarkan orasi politik dari Jenderal Besar AH Nasution pada mimbar bebas yang dilaksanakan. Namun sayang, jenderal yang selamat dari penculikan dan pembunuhan Gerakan 30 September (G30S) ini absen. 
Alhasil, orasi politik yang berisi kritikan terhadap Pemerintah Orde Baru Soeharto ini hanya di isi oleh para guru besar, dosen, dan mahasiswa Trisakti sendiri. Mimbar bebas itu telah dimulai dari pagi hingga siang, sejak pukul 11.00 Wib. 

Kanan (Prabowo Subianto) Kiri (Wiranto)Mereka diduga (Kebanyakan orang beramsusmsi) dalangdari Tragedi Mei 1998 silam
Akibat kasus ini, banyak Negara yang pada waktu itu ikut mengecam keras Pemerintahan Indonesia yang dianggap gagal dalam melindungi warga negaranya, diantaranya negara Singapura, Taiwan, Amerika Serikat, Malaysia dan Thailand. Berikut beberapa aksi simpatik Negara-Negara tersebut :
  1. Pemerintah Singapura >> Menyatakan Bandara Internasional Changi terbuka 1×24 jam dan sewaktu-waktu siap menerima kedatangan korban kerusuhan. 
  2. Pemerintah Taiwan >> Menyampaikan protes keras kepada pemerintah Indonesia, bersamaan dengan itu mengirim pesawat penumpang untuk mengangkut para korban kerusuhan.
  3. Pemerintah Amerika >> Mengizinkan “permohonan perlindungan” para korban keturunan Tionghoa, bersamaan itu mengirim kapal perangnya ke Indonesia untuk mengangkut sejumlah besar korban kerusuhan. 
  4. Pemerintah Malaysia >> Meminta Komite HAM PBB menyelidiki peristiwa pembunuhan dan pemerkosaan bergilir ditengah kerusuhan yang dialami oleh kaum perempuan keturunan Tionghoa di Indonesia, serta menyerahkan hasil penyelidikan kepada Pengadilan Kejahatan Internasional untuk diadili.
    Tetapi sungguh ironis, Pemerintah komunis Republik Rakyat Tiongkok (China) malah mengambil sikap tidak melaporkan, tidak mengecam dan tidak mencampuri segala urusan dalam negeri Indonesia. Menurut pemerintah China pada saat itu mengatakan, orang Tionghoa di Indonesia telah menjadi Warga Negara Indonesia, maka apa yang terjadi di Indonesia segalanya adalah urusan dalam negeri Indonesia. Padahal jika dilihat dari sisi keterikatan emosional dan kedekatan suku bangsa, Negara China lah yang seharusnya menjadi pembela nomor satu.
 KAMI TIDAK AKAN LUPA !!!
    Sejumlah masyarakat etnis Tionghoa pada waktu itu berada dalam situasi keadaan yang genting dan mencekam dikabarkan pernah mencoba mengadu ke Kedubes China, yang atas dasar perikemanusiaan memohon bantuan. Namun ditolak mentah-mentah oleh kedubes China dengan alasan yang melapor bukan warga negaranya. Sudah tentu kabar ini membuat Pemerintahan Orde Baru yang kala itu sangat ketakutan merasa telah memperoleh dukungan semangat yang kuat, termasuk para pelaku kerusuhan yang menganggap aksi mereka sebagai suatu pembenaran.

     Sekian informasih yang dapat saya berikan semoga informasi ini membuka mata kita ke masa lalu dan kasusnya di tindak lebih lanjut lagi. Semoga tragedi ini tidak akan terulang lagi, mohon maaf, jika ada salah kata karena saya juga adalah manusia biasa yang tidak luput dari dosa. Jangan lupa untuk di like, komen and share ke teman atau kerabat kalian. see u again.





Comments

Popular Posts